Minggu, 25 November 2018

Penggunaan Antibiotik yang Tepat



Penggunaan Antibiotik yang Tepat

Oleh: Dwi Ismayati, S.Farm., Apt.
#TanyaObat #TanyaApoteker

Assalamualaikum health people. Kembali lagi dengan saya Apoteker Dwi. Pada tulisan sebelumnya, saya telah menjelaskan tentang Bahaya Minum Antibiotik ‘Sembarangan’. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas topik: Penggunaan antibiotik yang tepat. Lalu, bagaimana penggunaan antibiotik yang tepat?

Saya pernah beberapa kali melakukan konseling kepada pasien terkait antibiotik. Kebanyakan pasien mengonsumsi antibiotik tidak sampai habis. Pasien menghentikan treatment antibiotik tersebut dengan alasan karena sudah sembuh, karena khawatir efek samping jika terus menerus minum obat, dan karena takut kelebihan dosis.

Alasan tersebut terdengar masuk akal. Untuk obat-obat lain selain antibiotik, penghentian obat secara langsung dengan alasan sudah sembuh dan khawatir efek samping memang bisa diterapkan, tetapi TIDAK untuk antibiotik. Kenapa?

1.      Berhenti minum antibiotik mendadak karena merasa sudah sembuh, padahal belum sembuh รจ menyebabkan Resistensi.
Jika sedang  diberikan treatment antibiotik, maka WAJIB dihabiskan (bukan dihabiskan dalam sekali minum ya, tapi dihabiskan sesuai dosis dari petunjuk Dokter dan Apoteker).

Misalnya ketika pasien diberikan treatment antibiotik amoksisilin dengan dosis 500mg, 3 kali sehari sebanyak 10 tablet. Maka antibiotik harus dihabiskan selama 3 hari, dengan mengonsumsi 3 tablet per hari.  Dalam sehari harus diberi jeda waktu pemberian obat. Untuk lebih mudahnya, dalam sehari ada 24 jam. Lalu dibagi 3 sama dengan 8 jam. Maka dalam waktu kurang lebih setiap 8 jam harus meminum antibiotik. Misalnya jam 6 pagi, jam 2 siang dan jam 10 malam. Pemberian antibiotik sebisa mungkin harus tepat waktu untuk mengoptimalkan kerja obat dan meminimalisir terjadinya antibiotik.

Walaupun misalnya selama 2 hari mengonsumsi antibiotik pasien sudah merasa sembuh, antibiotik harus tetap diminum sampai habis selama 3 hari. Karena sebenarnya selama pemberian antibiotik selama 2 hari tersebut semua bakteri belum mati total. Bakteri hanya ‘tertidur’ yang menyebabkan pasien akan terlihat membaik. Bakteri yang ‘tertidur’ tadi bisa bermutasi dan membuat koloni bakteri baru untuk ‘melawan’ antibiotik. Bakteri yang sudah bermutasi gen tersebut akan kebal terhadap antibiotik yang sama. Sehingga apabila pasien sakit lagi dan diberikan dengan antibiotik yang sama, maka tidak akan berefek.

Begitupula jika 2 kali sehari, maka setiap 12 jam usahakan untuk meminum obat. Jika 1 kali sehari maka setiap 24 jam obat diminum dengan jam yang sama.

2.      Khawatir efek samping?
Beberapa pasien menghentikan treatment antibiotik ketika merasa sudah sembuh meskipun antibiotik belum habis dikarenakan khawatir terhadap efek samping. Padahal ketika sudah resistensi terhadap satu antibiotik, tubuh akan kebal. Minum antibiotik yang sama lagi tidak akan mempan. Semakin lama, kita harus meminum antibiotik yang lebih keras lagi efek nya. Sehingga harus menggunakan antibiotik yang lebih ‘kuat’. Kita tahu bahwa semakin kuat atau semakin keras obat, maka akan semakin kuat pula efek samping yang akan timbul.

3.      Takut kelebihan dosis
Dalam memberikan obat kepada pasien, tentunya dokter dan apoteker telah memperhitungan dosis lazim yang akan dikonsumsi oleh pasien. Ahli kesehatan telah mempertimbangkan dosis minimal dan dosis maksimal dalam mengonsumsi obat perhari dan dosis sekali minum. Karena itu, jika memang khawatir terhadap dosis, bisa konsultasikan lagi dengan Apoteker apakah dosis memang sudah tepat agar lebih yakin dalam mengonsumsi obat.

Yang perlu ditekankan adalah, tidak semua sakit harus minum antibiotik. Misalnya flu, kebanyakan flu disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Sedangkan antibiotik digunakan untuk membunuh bakteri. Sehingga pengobatannya ‘gak nyambung’. Sehingga ketika akan mengonsumsi antibiotik harus dengan pengawasan dokter dan apoteker, apakah memang sakit tersebut harus menggunakan antibiotik atau tidak.

Dengan adanya tulisan ini, semoga dapat bermanfaat dan kita bisa bersama sama saling mengingatkan tentang penggunaan antibiotik yang tepat, agar penggunaan obat dapat lebih diperhatikan.

Jadi, kapan antibiotik itu diperlukan dan bagaimana penggunaannya? Konsultasikan kepada Dokter dan Tanya Apoteker.

Semoga informasi ini bermanfaat.
Salam sehat sejahtera.
Tanya Obat, Tanya Apoteker.
Wassalamualaikum wr. wb


Tidak ada komentar:

Posting Komentar