Penggunaan
Antibiotik yang Tepat
Oleh: Dwi
Ismayati, S.Farm., Apt.
#TanyaObat
#TanyaApoteker
Assalamualaikum
health people. Kembali lagi dengan saya Apoteker Dwi. Pada tulisan sebelumnya, saya telah menjelaskan tentang
Bahaya Minum Antibiotik ‘Sembarangan’. Pada kesempatan
kali ini saya akan membahas topik: Penggunaan
antibiotik yang tepat. Lalu, bagaimana penggunaan antibiotik yang tepat?
Saya pernah
beberapa kali melakukan konseling kepada pasien terkait antibiotik. Kebanyakan pasien
mengonsumsi antibiotik tidak sampai habis. Pasien menghentikan treatment antibiotik tersebut dengan alasan
karena sudah sembuh, karena khawatir efek samping jika terus menerus minum
obat, dan karena takut kelebihan dosis.
Alasan tersebut
terdengar masuk akal. Untuk obat-obat lain selain antibiotik, penghentian obat secara
langsung dengan alasan sudah sembuh dan khawatir efek samping memang bisa
diterapkan, tetapi TIDAK untuk antibiotik. Kenapa?
1. Berhenti minum antibiotik mendadak karena merasa sudah sembuh, padahal belum sembuh รจ menyebabkan Resistensi.
Jika sedang diberikan treatment
antibiotik, maka WAJIB dihabiskan (bukan dihabiskan dalam sekali minum ya,
tapi dihabiskan sesuai dosis dari petunjuk Dokter dan Apoteker).
Misalnya ketika
pasien diberikan treatment antibiotik
amoksisilin dengan dosis 500mg, 3 kali sehari sebanyak 10 tablet. Maka antibiotik
harus dihabiskan selama 3 hari, dengan mengonsumsi 3 tablet per hari. Dalam sehari harus diberi jeda waktu pemberian
obat. Untuk lebih mudahnya, dalam sehari ada 24 jam. Lalu dibagi 3 sama dengan
8 jam. Maka dalam waktu kurang lebih setiap 8 jam harus meminum antibiotik.
Misalnya jam 6 pagi, jam 2 siang dan jam 10 malam. Pemberian antibiotik sebisa
mungkin harus tepat waktu untuk mengoptimalkan kerja obat dan meminimalisir
terjadinya antibiotik.
Walaupun misalnya selama
2 hari mengonsumsi antibiotik pasien sudah merasa sembuh, antibiotik harus
tetap diminum sampai habis selama 3 hari. Karena sebenarnya selama pemberian
antibiotik selama 2 hari tersebut semua bakteri belum mati total. Bakteri hanya
‘tertidur’ yang menyebabkan pasien akan terlihat membaik. Bakteri yang ‘tertidur’
tadi bisa bermutasi dan membuat koloni bakteri baru untuk ‘melawan’ antibiotik.
Bakteri yang sudah bermutasi gen tersebut akan kebal terhadap antibiotik yang
sama. Sehingga apabila pasien sakit lagi dan diberikan dengan antibiotik yang
sama, maka tidak akan berefek.
Begitupula jika 2
kali sehari, maka setiap 12 jam usahakan untuk meminum obat. Jika 1 kali sehari
maka setiap 24 jam obat diminum dengan jam yang sama.
2. Khawatir efek samping?
Beberapa pasien
menghentikan treatment antibiotik
ketika merasa sudah sembuh meskipun antibiotik belum habis dikarenakan khawatir
terhadap efek samping. Padahal ketika sudah resistensi terhadap satu
antibiotik, tubuh akan kebal. Minum antibiotik yang sama lagi tidak akan
mempan. Semakin lama, kita harus meminum antibiotik yang lebih keras lagi efek
nya. Sehingga harus menggunakan antibiotik yang lebih ‘kuat’. Kita tahu bahwa
semakin kuat atau semakin keras obat, maka akan semakin kuat pula efek samping
yang akan timbul.
3. Takut kelebihan dosis
Dalam memberikan
obat kepada pasien, tentunya dokter dan apoteker telah memperhitungan dosis
lazim yang akan dikonsumsi oleh pasien. Ahli kesehatan telah mempertimbangkan
dosis minimal dan dosis maksimal dalam mengonsumsi obat perhari dan dosis
sekali minum. Karena itu, jika memang khawatir terhadap dosis, bisa
konsultasikan lagi dengan Apoteker apakah dosis memang sudah tepat agar lebih
yakin dalam mengonsumsi obat.
Yang perlu
ditekankan adalah, tidak semua sakit harus minum antibiotik. Misalnya flu,
kebanyakan flu disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Sedangkan antibiotik
digunakan untuk membunuh bakteri. Sehingga pengobatannya ‘gak nyambung’. Sehingga
ketika akan mengonsumsi antibiotik harus dengan pengawasan dokter dan apoteker,
apakah memang sakit tersebut harus menggunakan antibiotik atau tidak.
Dengan adanya
tulisan ini, semoga dapat bermanfaat dan kita bisa bersama sama saling mengingatkan
tentang penggunaan antibiotik yang tepat, agar penggunaan obat dapat lebih
diperhatikan.
Jadi, kapan
antibiotik itu diperlukan dan bagaimana penggunaannya? Konsultasikan kepada
Dokter dan Tanya Apoteker.
Semoga informasi
ini bermanfaat.
Salam sehat sejahtera.
Tanya Obat, Tanya
Apoteker.
Wassalamualaikum
wr. wb

Tidak ada komentar:
Posting Komentar