Kamis, 13 Februari 2014

Karena Praktikum Biokimia, Haruskah Cuci Darah dengan Deterjen?




Karena Praktikum Biokimia, Haruskah Cuci Darah dengan Deterjen?
Pada praktikum farmasi saya mempunyai teman kelompok yang terdiri dari 3 orang, salah satunya adalah laki-laki. Sebut saja namanya “Bukky”. Saat semester 3 kami melakukan praktikum biokimia dengan menguji kadar kreatinin dalam sampel darah atau urin. Sampel yang digunakan adalah sampel dari mahasiswa yang akan melakukan percobaan praktikum itu sendiri. Karena dalam kelomok saya Bukky adalah satu-satunya laki-laki, maka sampel urin yang digunakan untuk menguji kadar kreatinin adalah urin Bukky.
Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa diwajibkan membuat laporan sementara dan pretes. Menurut referensi yang didapat untuk menulis laporan sementara, nilai normal kreatinin pria: 0,6-1,3 mg/dl. Wanita: 0,5-1,0 mg/dl. Jika kadar kreatinin diatas normal, maka harus segera melakukan pemeriksaan.
Selanjutnya saat praktikum, kelompok saya menguji kadar kreatin urin Bukky menggunakan spektrofotometer. Sebelum menguji kadar kreatinin tersebut, urin dilakukan pengenceran sebanyak 50x dengan cara mengambil 1ml urin dan ditambahkan sampai 50ml aquadest. Pengenceran ini tentu saja berpengaruh terhadap perhitungan kadar kreatin yang telah dibaca.
Setelah melakukan percobaan, setiap kelompok membuat laporan resmi yang berisi data hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan. Laporan resmi tersebut dikumpul minggu selanjutnya saat pretes berikutnya. Beberapa menit saat akan mengumpul laporan resmi, saya dan teman-teman kelompok mendiskusikan hasil perhitungan kadar kreatinin hasil percobaan. Ternyata hasil perhitungan kadar kreatinin yang saya dapat berbeda dengan hasil perhitungan Bukky. Berdasarkan perhitungan Bukky didapatkan hasil perhitungan kadar kreatinin yaitu 7mg/dl. Dimana menurut referensi yang kami, kadar kreatinin normal dalam darah pada pria yaitu 0,6-1,3 mg/dl.
Saat itu Bukky panik mengetahui hasil perhitungan kadar kreatinin yang diatas normal. Sehingga pada laporan resmi, Bukky menulis bahwa pasien yang telah di uji kadar kreatininnya memiliki kadar kreatinin diatas normal atau dengan kata lain pasien mengalami gangguan ginjal. Sehingga pasien harus melakukan cuci darah.
Pada awalnya saya mengira perkataan Bukky hanya bercanda, tapi ternyata Bukky memang menulis pada laporan resminya mengenai pasien yang harus melakukan cuci darah, dimana pasien itu adalah dirinya sendiri.
Semakin mengejutkan lagi saat Bukky melihat hasil perhitungan saya dan Nur (salah satu teman kelompok) didapatkan kadar kreatinin yaitu 350mg/dl. Ternyata perhitungan Bukky salah, yang benar adalah perhitungan saya dan Nur yaitu 350mg/dl, dimana hasil 7mg/dl dikalikan dengan pengenceran yang telah dilakukan sebanyak 50x. Sehingga hasilnya 7 x 50 = 350 mg/dl.
“Berarti perhitungan saya salah? Kadar kreatinin hasil percobaan kita 350mg/dl? Perhitungan saya 7mg/dl aja udah jauh diatas normal, apalagi 350mg/dl. Berarti saya harus cuci darah?” Tanya Bukky lagi semakin panik.
“Mungkin kita salah referensi Bukky, kadar kreatinin normal pada pria bukan 0,6-1,3 mg/dl. Perbedaan ini juga disebabkan banyak faktor, mungkin karena gangguan metabolisme tubuh, yaitu gagal ginjal. Selain itu mungkin disebabkan kurangnya ketelitian praktikan dalam menghitung absorbansi atau karena kurangya kesadaran praktikan tentang kebersihan alat.” Saya mencoba menjelaskan pada Bukky.
“Saya sudah browsing di internet, kadar kreatinin normal pria 0,6-1,3 mg/dl. Kalau lebih dari itu, pasien harus cuci darah. Kalau pun perbedaan ini karena kurangnya ketelitian praktikan dalam menghitung absorbansi atau karena kurangya kesadaran praktikan tentang kebersihan alat, nggak mungkin rentang perbedaannya sangat jauh.  
Bukky bersikeras mengatakan bahwa dia benar. Bukky mengeluarkan Hp-nya dan browsing di internet, kemudian menunjukkan kepada saya referensi yang dia dapat mengenai kadar kreatinin normal, dan pasien harus cuci darah.
Saat Pretes saya menjelaskan kepada dosen mengenai hasil perhitungan kadar kreatinin percobaan pada urin Bukky yang melebihi batas normal. Tetapi Dosen justru tertawa melihat laporan Bukky dan kepanikan kami mengenai cuci darah.
“ Refernsi kalian memang benar, kadar kreatinin normal pada pria normal adalah 0,6-1,3 mg/dl, tapi itu adalah kadar kreatinin normal dalam darah. Sedangkan sampel yang kalian gunakan adalah urin sesaat. Jadi tidak bisa disamakan, tidak bisa dijadikan tolak ukur hasil refensi kalian.” Jelas Bu Iin, Dosen pengampu praktikum biokimia.
Tetapi Bukky belum puas dengan jawaban Bu Iin. Bukky menunjukkan buku petunjuk praktikum yang dijadikan referensi kadar kreatinin dalam urin. Normalnya kadar dalam urin 150 – 200 mg/24 jam. Sedangkan pada percobaan didapat 350mg/dl. Tentu saja kadar kreatinin tersebut masih jauh diatas normal.
“Bukky, sampel urin yang kalian gunakan adalah sampel urin sesaat, yaitu sampel urin Bukky pada saat buang air kecil, urin langsung digunakan. Sedangkan pada referensi kalian, kadar normal kreatinin dalam urin 24 jam. Artinya, pada referensi adalah urin yang telah didiamkan selama 24 jam. Jadi tidak bisa disamakan.” Jelas Bu Iin panjang lebar.
 “Jadi, saya nggak harus cuci darah ya bu?” Tanya Bukky dengan polosnya.
Ya, Bukky kalau masih kepengin cuci darah. Boleh cuci darah dengan deterjen. Biar darahnya bersih. Batinku dalam hati.