Karena Praktikum Biokimia, Haruskah Cuci Darah dengan Deterjen?
Pada praktikum farmasi saya mempunyai
teman kelompok yang terdiri dari 3 orang, salah satunya adalah laki-laki. Sebut
saja namanya “Bukky”. Saat semester 3
kami melakukan praktikum biokimia dengan menguji kadar kreatinin dalam sampel
darah atau urin. Sampel yang digunakan adalah sampel dari mahasiswa yang akan
melakukan percobaan praktikum itu sendiri. Karena dalam kelomok saya Bukky
adalah satu-satunya laki-laki, maka sampel urin yang digunakan untuk menguji
kadar kreatinin adalah urin Bukky.
Sebelum
melakukan praktikum, mahasiswa diwajibkan membuat laporan sementara dan pretes.
Menurut referensi yang didapat untuk menulis laporan sementara, nilai normal kreatinin pria: 0,6-1,3 mg/dl. Wanita:
0,5-1,0 mg/dl. Jika kadar kreatinin diatas normal,
maka harus segera melakukan pemeriksaan.
Selanjutnya saat praktikum, kelompok saya menguji kadar
kreatin urin Bukky menggunakan spektrofotometer. Sebelum menguji kadar
kreatinin tersebut, urin dilakukan pengenceran sebanyak 50x dengan cara
mengambil 1ml urin dan ditambahkan sampai 50ml aquadest. Pengenceran ini tentu
saja berpengaruh terhadap perhitungan kadar kreatin yang telah dibaca.
Setelah melakukan percobaan, setiap kelompok membuat
laporan resmi yang berisi data hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan.
Laporan resmi tersebut dikumpul minggu selanjutnya saat pretes berikutnya. Beberapa
menit saat akan mengumpul laporan resmi, saya dan teman-teman kelompok
mendiskusikan hasil perhitungan kadar kreatinin hasil percobaan. Ternyata hasil
perhitungan kadar kreatinin yang saya dapat berbeda dengan hasil perhitungan
Bukky. Berdasarkan perhitungan Bukky didapatkan hasil perhitungan kadar
kreatinin yaitu 7mg/dl. Dimana menurut referensi yang kami, kadar kreatinin
normal dalam darah pada pria yaitu 0,6-1,3 mg/dl.
Saat itu Bukky panik mengetahui hasil perhitungan kadar
kreatinin yang diatas normal. Sehingga pada laporan resmi, Bukky menulis bahwa
pasien yang telah di uji kadar kreatininnya memiliki kadar kreatinin diatas
normal atau dengan kata lain pasien mengalami gangguan ginjal. Sehingga pasien
harus melakukan cuci darah.
Pada awalnya saya mengira perkataan Bukky hanya bercanda,
tapi ternyata Bukky memang menulis pada laporan resminya mengenai pasien yang
harus melakukan cuci darah, dimana pasien itu adalah dirinya sendiri.
Semakin mengejutkan lagi saat Bukky melihat hasil perhitungan
saya dan Nur (salah satu teman kelompok) didapatkan kadar kreatinin yaitu
350mg/dl. Ternyata perhitungan Bukky salah, yang benar adalah perhitungan saya
dan Nur yaitu 350mg/dl, dimana hasil 7mg/dl dikalikan dengan pengenceran yang
telah dilakukan sebanyak 50x. Sehingga hasilnya 7 x 50 = 350 mg/dl.
“Berarti perhitungan saya salah? Kadar kreatinin hasil percobaan kita
350mg/dl? Perhitungan saya 7mg/dl aja udah jauh diatas normal, apalagi
350mg/dl. Berarti saya harus cuci darah?” Tanya Bukky lagi semakin panik.
“Mungkin kita salah referensi Bukky, kadar kreatinin
normal pada pria bukan 0,6-1,3 mg/dl. Perbedaan
ini juga disebabkan banyak faktor, mungkin karena gangguan metabolisme tubuh,
yaitu gagal ginjal. Selain itu mungkin disebabkan kurangnya ketelitian
praktikan dalam menghitung absorbansi atau karena kurangya kesadaran praktikan
tentang kebersihan alat.” Saya mencoba menjelaskan pada
Bukky.
“Saya sudah browsing di internet, kadar kreatinin normal pria 0,6-1,3
mg/dl. Kalau lebih dari itu, pasien harus cuci darah. Kalau pun perbedaan ini
karena kurangnya ketelitian praktikan dalam
menghitung absorbansi atau karena kurangya kesadaran praktikan tentang
kebersihan alat, nggak mungkin rentang perbedaannya sangat jauh. ”
Bukky bersikeras mengatakan bahwa dia benar. Bukky mengeluarkan Hp-nya dan
browsing di internet, kemudian menunjukkan kepada saya referensi yang dia dapat
mengenai kadar kreatinin normal, dan pasien harus cuci darah.
Saat Pretes saya menjelaskan kepada dosen mengenai hasil perhitungan kadar
kreatinin percobaan pada urin Bukky yang melebihi batas normal. Tetapi Dosen
justru tertawa melihat laporan Bukky dan kepanikan kami mengenai cuci darah.
“ Refernsi kalian memang benar, kadar kreatinin normal pada pria normal
adalah 0,6-1,3 mg/dl, tapi itu adalah kadar kreatinin normal dalam darah. Sedangkan
sampel yang kalian gunakan adalah urin sesaat. Jadi tidak bisa disamakan, tidak
bisa dijadikan tolak ukur hasil refensi kalian.” Jelas Bu Iin, Dosen pengampu
praktikum biokimia.
Tetapi Bukky belum puas dengan jawaban Bu Iin. Bukky menunjukkan buku
petunjuk praktikum yang dijadikan referensi kadar kreatinin dalam urin. Normalnya kadar dalam urin 150 – 200 mg/24 jam. Sedangkan pada percobaan didapat 350mg/dl. Tentu saja kadar kreatinin
tersebut masih jauh diatas normal.
“Bukky, sampel urin yang kalian gunakan adalah sampel urin sesaat, yaitu
sampel urin Bukky pada saat buang air kecil, urin langsung digunakan. Sedangkan
pada referensi kalian, kadar normal kreatinin dalam urin 24 jam. Artinya, pada
referensi adalah urin yang telah didiamkan selama 24 jam. Jadi tidak bisa disamakan.”
Jelas Bu Iin panjang lebar.
“Jadi, saya nggak harus cuci darah ya bu?” Tanya Bukky dengan polosnya.
Ya, Bukky kalau masih kepengin cuci darah. Boleh cuci darah dengan
deterjen. Biar darahnya bersih. Batinku dalam hati.